Jumat, 27 November 2015

Sepotong Cerita untuk Kaisarku

Lantai dasar gedung perkuliahan FIB (Fakultas Ilmu Budaya) atau lebih akrab disapa Fakultas Sastra tampak ramai, sholat Jum'at di Mushola Al-Adab baru saja usai. Mahasiswa dan dosen kembali beraktifitas masing-masing. Aku? Sejak tadi aku berdiam di himpunanku, letaknya di dalam koridor yang segaris lurus dari mushola. Semakin nyaman karena agak sepi di sini. Kegiatan sedang berpusat di mushola.

Dalam sepi aku teringat ketika masih menjadi mahasiswa baru 2014. Kami para maba Jurusan Arkeologi, Fakultas Sastra, Universitas Hasanuddin, sangat dilarang melewati koridor apalagi memasuki ruang sekretariat himpunan jurusan. Larangan ini cukup merepotkan ketika kami yang dari mushola atau dari ruang kuliah (di lantai dua) mau ke tempat parkir waktu pulang kuliah. Seharusnya dari lantai dua tinggal turun tangga dan jalan lurus ke depan lewat koridor, terus belok kanan dan jalan sebentar, kami sudah sampai ke tempat parkir, eh ini malah harus menempuh jalan lain yang lebih jauh dan agak rumit.

Himpunan jurusan arkeologi bernama KAISAR kependekan dari Keluarga Mahasiswa Arkeologi. Ya, asasnya memang kekeluargaan dan profesionalisme.

Kembali ke cerita, dulu kami sangat dilarang melewati koridor dan masuk himpunan sampai kami melulusi serangkaian proses pengaderan tingkat Fakultas dan Jurusan. Prosesnya panjaaang dan melelahkan. Mulai dari PPMB (yang bentuknya beranak pinak menjadi beberapa kegiatan) sampai Landasstular (Pengenalan Dasar Studi Lapangan Arkeologi). Ah di sini, sisa-sisa kesabaranku dikuras. Bayangkan! Kami dibiarkan tersesat di hutan, jatuh ke jurang dan hampir tenggelam di sungai.

Saat menuju camp terakhir, setelah menyebrangi sungai yang dalam dan kedinginan, kami masih harus jalan ke lokasi yang jaraknya lumayan jauh. Padahal saat itu sudah tengah malam dan kami sangat letih. Bagaimana tidak? kami harus jalan jauh melewati medan yang ekstrim sambil membawa carrier 60-100 Lt di punggung untuk menyitus. Belum lagi, sampai di camp kami masih harus bekerja keras membangun bivak yaitu tempat berlindung sederhana di alam bebas, sederhananya kami harus membuat tenda dari jas hujan.

Sambil jalan dalam keadaan letih dan kedinginan, aku menggerutu dalam hati.
"Memang apa hebatnya sih itu himpunan? Dikira aku mau banget ya masuk himpunan? igh! Liat aja nanti, dipaksa masuk pun aku gak sudi datang"
 Sampai sini dulu cerita landasnya.

Sekitar seminggu sepulangnya kami dari Landasstular, kami diharuskan membuat laporan kegiatan studi lapangan itu. Tapi sebelumnya kami dibekali materi tentang pembuatan laporan. Kebetulan materi diberikan di himpunan Kaisar, di antara himpunan-himpunan lain yang ada di dalam koridor lantai satu gedung perkuliahan FIB.

Dari muka Fakultas Sastra, khususnya gedung ini, KAISAR terletak di dalam koridor lantai satu di sisi sebelah kiri, ruang ketiga setelah ruang BEM KMFS-UH dan Himpunan Jurusan Sastra Daerah (Imsad). Engga perlu aku jelaskan lebih detail lagi. Kesan pertama waktu masuk ruang sekretariat himpunan itu sempit, bau asap rokok dan jelek. Abaikan saja opini terakhir! Hehe :Dv

Sejak saat itu, aku dan teman-teman sering datang ke himpunan-dengan tujuan masing-masing. Seperti hari ini, aku dan teman-teman singgah ke himpunan setelah kegiatan bazar film jam 11 siang dan menunggu asisten lab geoarkeologi yang baru akan datang jam setengah 3 sore. Ternyaataaa aku bisa datang-datang juga ke himpunan ya   :D