Rabu, 28 September 2016

Arkeolog (juga) Belajar Annal, tapi jangan Onani!


Agak sensual ya judulnya?  Hayoo… jangan-jangan ada yang terjebak :D
Sebenarnya saya bingung mau kasih judul apa atas tulisan saya kali ini. Inspirasinya datang ketika saya mengikuti diskusi di himpunan. Beberapa kali saya mendengar kata-kata yang orientasinya seks tapi digunakan di dalam himpunan atau bahkan diskusi di BEM. 

Misalnya ketika beberapa waktu lalu saya diskusi di himpunan, saya mengungkapkan penyesalan saya tentang kenapa tidak dari dulu saya mengikuti kegiatan semacam ini (diskusi, rapat, main-main bersama teman-teman dan senior), karena ternyata bermanfaat. 

Dulu saya pikir, ikut rapat di himpunan itu sia-sia. Eh, sebenarnya ada juga yang bisa didapat  sih. Yang saya rasakan dulu, saya dapat pikiran tertekan, capek duduk, kaki pegel, bikin sesak napas (didukung asap rokok yang lebih mengkhawatirkan dari asap kebakaran hutan). Menurut saya Darurat Asap bukan cuma di Riau, tapi di Himpunan juga. Serius!

Tapi kemudian ada senior yang bilang,”Tidak harus juga seperti itu, karena berbeda-beda cara orang belajar. Ada yang suka onani, anal, bisek hahaha”

Karena pernah mendengar dia bicara seperti itu sebelumnya, pun dari senior lain,  saya berpikir pasti kata-kata itu benar-benar ada artinya dalam konteks belajar, berorganisasi atau berlembaga.

Nah, untuk mencari tau artinya, saya surfing di internet, tapi bisa ditebak, yang muncul malah situs-situs yang membahas kata-kata itu dalam konteks lain.

Akhirnya saya bertanya kepada teman-teman dan senior-senior, tertentu, yang cukup dewasa dan bisa serius diajak diskusi.  Saya ga sanggup cerita betapa awkward-nya waktu proses cari tau tentang ini. Jadi cukup kontennya aja ya..

Apa yang saya dapat, 

“Maksudnya onani dalam belajar, kau belajar hanya untuk  dirimu sendiri itu pengetahuan, lalu pergi sombong ke orang-orang yang belum tau hanya supaya kau dibilang cerdas. Tidak ada lawan bicara, diskusi,  dan kontribusi nyata untuk mengembangkan diri. Kita belajar hanya untuk mencapai kepuasan sendiri dan sok sendiri.”

Itu sebagian maksudnya yang masih dalam proses belajar, sebagian lagi ketika hasil dari semua yang kamu dapat dari proses belajarmu hanya berguna untuk dirimu sendiri, tidak punya guna atau pengaruh bagi kebaikan orang lain.

Ada bacaan menarik di blog Peter-Sina berjudul Onani Intelektual. Di sana Peter Garlan Sina mengungkapkan pendapatnya tentang bagaimana membuang onani intelektual. Diantaranya dengan bedah buku dan diskusi yang katanya bagai magnet dalam pendidikannya.

“Seorang manusia yang sedang belajar entah dalam jenjang pendidikan apa saja, haruslah ada kerelaan dan kesadaran yang tulus ikhlas untuk membantu teman-temannya. Karena dengan membantu teman-temannya maka orang tersebut sebenarnya sedang belajar juga dan akan meningkatkan pengetahuannya. Tapi semua itu biasanya hanyalah pada tataran normatif karena pada kenyataannya sifat kikir untuk mendiskusikan atau mensharekan IPTEK sering terjadi dibandingkan kerelaan mensharekan”

“Manfaat dari saling berdiskusi dan melakukan bedah buku sangat menolong kita untuk saling memotivasi sehingga semangat belajar atau menemukan ilmu menjadi begitu indah nan luar biasa. Dan hal ini apabila dilakukan secara berkesinambungan akan sangat bermanfaat sebagai nutrisi segar membangun kebiasaan untuk senantiasa belajar dan belajar selama masih hidup”

Sedangkan annal sendiri diartikan sebagai catatan tahunan yaitu catatan peristiwa pada setiap tahun, biasanya peristiwa-peristiwa penting dalam suatu kerajaan. Arkeolog, sejarawan, berikut serumpunnya bekerja dengan ini.

Jadi kalau dengar kata-kata seperti di atas, jangan buru-buru salah paham ya..
Saatnya balo (bawa logika), perhatikan konteksnya.

1 komentar:

  1. Kalau bisek, nja? Ih mantep banget lah tulisanmu tu. Takutlah jadi kaum intelektual yang belajarnya onani😭

    BalasHapus