Dorolonda, Senin, 10
Juli 2017
Hari ini dimulai dengan drama
menunggu kedatangan dalmas di UPT KKN UNHAS. Sejak pukul 9 malam kemarin pelataran
UPT KKN sudah dipenuhi dengan barang bawaan peserta KKN Tematik Miangas gel.
96. Seiring larutnya malam, satu-persatu peserta KKN Tematik Miangas gel. 96
berdatangan dengan barang bawaan pribadinya masing-masing.
Jam 1.27 dini hari mobil dalmas
yang ditunggu baru datang. Segera para laki-laki mengangkut barang ke dalmas.
Setelah semua barang tertata rapih di atas dalmas, kami harus berkumpul untuk
menerima arahan dari supervisor kami. Beliau berpesan kepada kami agar minum
obat anti mabuk untuk menghadapi ombak 😎
Jam 2.10 kami berangkat ke
Pelabuhan Soekarno-Hatta dan sampai sekitar 30 menit kemudian. Setelah sampai
kami belum boleh naik ke ruang tunggu karena saat itu masih jam 2.30 sedangkan
kapal baru sandar jam 6 pagi. Untuk mengisi waktu tunggu kami bermain game tantangan, bercanda dan tidur di
pelataran depan tempat parkir.
Subuh pun menjelang, seusai
sholat Subuh di masjid dekat pelabuhan kami berkumpul untuk mendapatkan tiket
dan melakukan verifikasi. Setelah terverifikasi kami memasuki ruang tunggu
kapal yang nyaman. Di sini, beberapa teman men-charge batere handphone,
tab dan pb-nya.
Akhirnya yang ditunggu pun
datang, si kapal Dorolonda. Perlu beberapa waktu sampai kapal benar-benar siap
dinaiki. Beruntung berkat koordinasi yang baik dengan pihak Pelni, kami menjadi
penumpang prioritas. Artinya kami menjadi penumpang pertama yang masuk sebelum
banyak penumpang lain. Tidak hanya itu, kami masuk dengan pengawalan abk menuju
kamar dek dua yang masih lengang. Saat itu waktu menunjukkan jam 7.15 am.
Kemudian kami menempati kasur-kasur yang telah disediakan. Setelah semuanya
terisi, ternyata masih ada teman yang tidak kebagian tempat. Jadi, mereka
menempati ruangan di sebelah lain dek dua.
Sebenarnya mungkin seluruh
peserta KKN ini yang berjumlah 67 orang bisa bersatu (kayak power ranger aja haha) dalam ruangan pertama,
tetapi karena masih ada penumpang dari pelabuhan sebelumnya yang belum turun,
jadi kasurnya tidak cukup. Setelah urusan
tag tempat selesai, giliran barang yang harus dipindahkan. Urusan angkat
dan angkut barang, menjadi tanggung jawab laki-laki. Bukannya para perempuan
tidak mau, tapi takut melukai harga diri mereka saja (hehehe maaf asal ngomong)
Tidak butuh waktu lama, semua barang
(perlengkapan proker KKN dan pribadi) telah terangkut ke atas kapal. Menurut
salah satu temanku, setelah mengangkut barang-barang itu tangannya menjadi
pucat dan sedikit mati rasa, mungkin karena aliran darahnya terhambat.
Akhirnya kapal pun meninggalkan
pelabuhan sekitar jam 9 (padahal di tiket jam 2 dini hari). Kami menumpang
kapal Dorolonda dengan tiket jurusan Makassar-Bitung seharga Rp. 445.000.- Rute
perjalanan yang akan kami lewati yaitu Makassar, Bau-Bau, Namlea, Ambon,
Ternate, Bitung. Kapal ini mempunyai dua kelas yaitu ekonomi dan bisnis. Kami
membeli kelas ekonomi. Bedanya dengan kelas bisnis, ruangan kelas bisnis khusus
untuk satu orang dengan single bed,
lemari dan meja. Kamar mandinya pun lebih bagus. Kelas bisnis hanya ada di dek
5, selebihnya kelas ekonomi (saya serius, semua bagian dalam kapal ini berhak
ditempati oleh penumpang pemegang tiket ekonomi, bahkan di tangga. Oh kecuali
mushola!). Dapur atau pantry ada di
dek 4. Kamar mandi ada setidaknya masing-masing dua (untuk laki-laki dan
perempuan) di setiap dek. Dalam setiap kamar mandi (saya hanya observasi km
perempuan) ada wastafel, dua bilik untuk shower, dan tiga bilik untuk wc. Bila
beruntung, wastafel yang masih berfungsi dengan baik bisa diatur untuk
mengalirkan air hangat. Kapal ini juga memiliki pengatur sirkulasi udara atau
AC, tapi tidak bisa terlalu dingin. Bagaimanapun lumayanlah untuk sekedar
memutar udara karena tidak ada ventilasi di dek 1-6.
Masih bicara soal fasilitas,
kapal ini juga dilengkapi dengan bioskop ala kapal bernama “Theatre Dorolonda”.
Informasi terkait film yang akan tayang dan gambaran pemeran utamanya serta
seputar filmnya disampaikan melalui pengeras suara yang terpasang di hampir
seluruh ruangan atau bagian kapal. Petugas yang menyuarakan informasi tersebut
menyampaiakannya dengan gaya bicara yang khas, agak mendesah dan sok dramatis.
Gaya bicara ini sering diparodikan oleh teman-teman.
Tujuan pertama kami yaitu
pelabuhan Bau-Bau. Ombak tidak terlalu tinggi, jadi kami bisa istirahat dengan
tenang dan baik. Saya terbangun sekitar jam 2 siang. Rupanya pantry sudah hampir ditutup, saya dan
Ani mengantri makan siang di dek 4. Menu yang kami dapatkan siang ini yaitu
ikan bolu (bandeng) masak, tumis kol dan nasi, serta air mineral dalam kemasan
gelas. Menu ini tidak jauh berbeda dengan menu dalam kapal Umsini jurusan
Surabaya-Makassar.
Setelah makan, saya dan Ani
sholat ashar sekaligus dzuhur di mushola yang terletak di dek 7. Sejauh ini
suasana di dek 2 masih nyaman dan keadaan teman-teman masih baik, beberapa
teman mengisi waktu dengan tidur, main kartu, game warewolf, menonton tv,
mengobrol sambil menikmati makanan ringan, atau menonton film di laptop.
Sore pertama di kapal mengundang
teman-teman untuk keluar dari dek 2 dan naik ke dek 7 di mana kita bisa
menikmati udara langsung dan melihat pemandangan langit karena sebagian dek ini
tidak beratap. Ada satu tingkat lagi di atas dek 7 yaitu tempat kafe yang
menawarkan sensasi makan dengan pemandangan laut khas di atas kapal lengkap
dengan anginnya.
Sepertinya teman-teman pergi ke
kafe tersebut untuk berfoto bersama senja. Apa perbedaan senja di atas laut ….
(antara Makassar - Bau-bau) dengan senja di tempat lain? Saya kira lebih pada momennya, lainnya sama saja.
Bumi berputar semakin ke timur,
kami yang di tempat seolah ditinggalkan matahari. Langitpun kehilangan
sinarnya. Teman-teman kembali ke dek 2. Saatnya makan malam. Kali ini hanya
beberapa teman laki-laki yang mengantri makanan, karena yang lain hanya
menitipkan tiketnya. Lumayan untuk mengurangi panjangnya antrian kan? Hehe
(terimakasih kepada teman-teman yang sudah berbaik hati mengambilkan makanan 😊😊😊 ). Ada juga yang lebih
memilih makan mie instan yang diseduh air panas. Salah satu fasilitas di kapal
besar yaitu keran air panas yang bisa digunakan untuk menyeduh minuman atau
makanan. Biasanya hanya ada di dalam satu dek bersama dapur.
Sebelum tidur sayup-sayup kudengar
bahwa beberapa saat lagi kapal akan bersandar di Bau-Bau, kota transit pertama
di Pulau Buton. Terakhir kulihat jam di hpku menunjukkan pukul sebelas.
Bersambung….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar