Senin, 31 Juli 2017

Dorolonda (1), Cerita Perjalanan KKN Miangas 96



Dorolonda, Senin, 10 Juli 2017

Hari ini dimulai dengan drama menunggu kedatangan dalmas di UPT KKN UNHAS. Sejak pukul 9 malam kemarin pelataran UPT KKN sudah dipenuhi dengan barang bawaan peserta KKN Tematik Miangas gel. 96. Seiring larutnya malam, satu-persatu peserta KKN Tematik Miangas gel. 96 berdatangan dengan barang bawaan pribadinya masing-masing.

Jam 1.27 dini hari mobil dalmas yang ditunggu baru datang. Segera para laki-laki mengangkut barang ke dalmas. Setelah semua barang tertata rapih di atas dalmas, kami harus berkumpul untuk menerima arahan dari supervisor kami. Beliau berpesan kepada kami agar minum obat anti mabuk untuk menghadapi ombak 😎

Jam 2.10 kami berangkat ke Pelabuhan Soekarno-Hatta dan sampai sekitar 30 menit kemudian. Setelah sampai kami belum boleh naik ke ruang tunggu karena saat itu masih jam 2.30 sedangkan kapal baru sandar jam 6 pagi. Untuk mengisi waktu tunggu kami bermain game tantangan, bercanda dan tidur di pelataran depan tempat parkir.

Subuh pun menjelang, seusai sholat Subuh di masjid dekat pelabuhan kami berkumpul untuk mendapatkan tiket dan melakukan verifikasi. Setelah terverifikasi kami memasuki ruang tunggu kapal yang nyaman. Di sini, beberapa teman men-charge batere handphone, tab dan pb-nya.

Akhirnya yang ditunggu pun datang, si kapal Dorolonda. Perlu beberapa waktu sampai kapal benar-benar siap dinaiki. Beruntung berkat koordinasi yang baik dengan pihak Pelni, kami menjadi penumpang prioritas. Artinya kami menjadi penumpang pertama yang masuk sebelum banyak penumpang lain. Tidak hanya itu, kami masuk dengan pengawalan abk menuju kamar dek dua yang masih lengang. Saat itu waktu menunjukkan jam 7.15 am. Kemudian kami menempati kasur-kasur yang telah disediakan. Setelah semuanya terisi, ternyata masih ada teman yang tidak kebagian tempat. Jadi, mereka menempati ruangan di sebelah lain dek dua.

Sebenarnya mungkin seluruh peserta KKN ini yang berjumlah 67 orang bisa bersatu (kayak power ranger aja haha) dalam ruangan pertama, tetapi karena masih ada penumpang dari pelabuhan sebelumnya yang belum turun, jadi kasurnya tidak cukup. Setelah urusan tag tempat selesai, giliran barang yang harus dipindahkan. Urusan angkat dan angkut barang, menjadi tanggung jawab laki-laki. Bukannya para perempuan tidak mau, tapi takut melukai harga diri mereka saja (hehehe maaf asal ngomong)

Tidak butuh waktu lama, semua barang (perlengkapan proker KKN dan pribadi) telah terangkut ke atas kapal. Menurut salah satu temanku, setelah mengangkut barang-barang itu tangannya menjadi pucat dan sedikit mati rasa, mungkin karena aliran darahnya terhambat.

Akhirnya kapal pun meninggalkan pelabuhan sekitar jam 9 (padahal di tiket jam 2 dini hari). Kami menumpang kapal Dorolonda dengan tiket jurusan Makassar-Bitung seharga Rp. 445.000.- Rute perjalanan yang akan kami lewati yaitu Makassar, Bau-Bau, Namlea, Ambon, Ternate, Bitung. Kapal ini mempunyai dua kelas yaitu ekonomi dan bisnis. Kami membeli kelas ekonomi. Bedanya dengan kelas bisnis, ruangan kelas bisnis khusus untuk satu orang dengan single bed, lemari dan meja. Kamar mandinya pun lebih bagus. Kelas bisnis hanya ada di dek 5, selebihnya kelas ekonomi (saya serius, semua bagian dalam kapal ini berhak ditempati oleh penumpang pemegang tiket ekonomi, bahkan di tangga. Oh kecuali mushola!). Dapur atau pantry ada di dek 4. Kamar mandi ada setidaknya masing-masing dua (untuk laki-laki dan perempuan) di setiap dek. Dalam setiap kamar mandi (saya hanya observasi km perempuan) ada wastafel, dua bilik untuk shower, dan tiga bilik untuk wc. Bila beruntung, wastafel yang masih berfungsi dengan baik bisa diatur untuk mengalirkan air hangat. Kapal ini juga memiliki pengatur sirkulasi udara atau AC, tapi tidak bisa terlalu dingin. Bagaimanapun lumayanlah untuk sekedar memutar udara karena tidak ada ventilasi di dek 1-6.


Masih bicara soal fasilitas, kapal ini juga dilengkapi dengan bioskop ala kapal bernama “Theatre Dorolonda”. Informasi terkait film yang akan tayang dan gambaran pemeran utamanya serta seputar filmnya disampaikan melalui pengeras suara yang terpasang di hampir seluruh ruangan atau bagian kapal. Petugas yang menyuarakan informasi tersebut menyampaiakannya dengan gaya bicara yang khas, agak mendesah dan sok dramatis. Gaya bicara ini sering diparodikan oleh teman-teman.

Tujuan pertama kami yaitu pelabuhan Bau-Bau. Ombak tidak terlalu tinggi, jadi kami bisa istirahat dengan tenang dan baik. Saya terbangun sekitar jam 2 siang. Rupanya pantry sudah hampir ditutup, saya dan Ani mengantri makan siang di dek 4. Menu yang kami dapatkan siang ini yaitu ikan bolu (bandeng) masak, tumis kol dan nasi, serta air mineral dalam kemasan gelas. Menu ini tidak jauh berbeda dengan menu dalam kapal Umsini jurusan Surabaya-Makassar.

Setelah makan, saya dan Ani sholat ashar sekaligus dzuhur di mushola yang terletak di dek 7. Sejauh ini suasana di dek 2 masih nyaman dan keadaan teman-teman masih baik, beberapa teman mengisi waktu dengan tidur, main kartu, game warewolf, menonton tv, mengobrol sambil menikmati makanan ringan, atau menonton film di laptop. 

Sore pertama di kapal mengundang teman-teman untuk keluar dari dek 2 dan naik ke dek 7 di mana kita bisa menikmati udara langsung dan melihat pemandangan langit karena sebagian dek ini tidak beratap. Ada satu tingkat lagi di atas dek 7 yaitu tempat kafe yang menawarkan sensasi makan dengan pemandangan laut khas di atas kapal lengkap dengan anginnya.

Sepertinya teman-teman pergi ke kafe tersebut untuk berfoto bersama senja. Apa perbedaan senja di atas laut ….  (antara Makassar - Bau-bau) dengan senja di tempat lain? Saya kira lebih pada momennya, lainnya sama saja. 

Bumi berputar semakin ke timur, kami yang di tempat seolah ditinggalkan matahari. Langitpun kehilangan sinarnya. Teman-teman kembali ke dek 2. Saatnya makan malam. Kali ini hanya beberapa teman laki-laki yang mengantri makanan, karena yang lain hanya menitipkan tiketnya. Lumayan untuk mengurangi panjangnya antrian kan? Hehe (terimakasih kepada teman-teman yang sudah berbaik hati mengambilkan makanan ðŸ˜ŠðŸ˜ŠðŸ˜Š ). Ada juga yang lebih memilih makan mie instan yang diseduh air panas. Salah satu fasilitas di kapal besar yaitu keran air panas yang bisa digunakan untuk menyeduh minuman atau makanan. Biasanya hanya ada di dalam satu dek bersama dapur.

Sebelum tidur sayup-sayup kudengar bahwa beberapa saat lagi kapal akan bersandar di Bau-Bau, kota transit pertama di Pulau Buton. Terakhir kulihat jam di hpku menunjukkan pukul sebelas.
Bersambung….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar