Beberapa hari yang lalu saat evaluasi kepengurusan, seorang senior mengkritik kepengurusan atau kepemimpinan kami. Mulanya beliau mengungkapkan pandangannya ketika kami berkomiten membuat Despro lebih baik saat pergantian kepengurusan. Beliau melihat potensi besar pada diri-diri kami, beliau pun yakin kami mampu merealisasikan komitmen kami. Mengingat sumber daya kami yang lebih banyak, yang berarti banyak pula spesialisasi bidang keahliannya.
Namun, beberapa bulan kepengurusan kami berjalan, ternyata beberapa proker yang dicanangkan berjalan dengan hasil yang kurang memuaskan. Ditambah ada insiden seorang pengurus yang putus asa mengatur pelaksana program hingga berujung pada pengunduran diri sebagai pengurus. (Tetapi untungnya masalah ini dapat diselesaikan dengan re-shuffle pengurus dan pelaksana, dan pengunduran diri itupun dibatalkan).
Saya sangat
berterimakasih dan bersyukur beliau telah mengungkapkan kritik dan
pandangannya secara jujur dari hati dan logikanya tentang kepengurusan
kami. Karena, itu berarti beliau cukup peduli terhadap Despro dan kepada
kami.
Tapi di saat evaluasi itu, terselip rasa dongkol di hati saya yang mungkin masih kekanak-kanakan. Saya teringat-ingat pada sebuah riwayat yang pernah saya baca dari suatu buku. Pada buku itu disebutkan
Dalam sebuah riwayat, Ali bin Abi Thalib r.a. pernah ditanya, "Mengapa saat Abu Bakar dan Umar menjabat sebagai pemimpin, kondisinya tertib. Tetapi saat Usman dan engkau yang menjabat, kondisinya kacau?" Kemudian Ali menjawab, "Karena saat Abu Bakar dan Umar menjadi khalifah, mereka didukung oleh orang-orang seperti aku dan Usman. Sedangkan saat Usman dan aku menjadi khalifah, pendukungnya adalah kamu dan orang-orang sepertimu."
Dari itu saya mendapat banyak pelajaran. Beberapa diantaranya, saat masih menjadi pihak yang dipimpin jadilah yang terbaik dan mudah dipimpin. Ini akan mendukung suksesnya kepemimpinan pada masa kita.
Saat kembali menjadi pihak yang dipimpin (setelah sebelumnya pernah menjadi pemimpin) tidak boleh menyalahkan kepemimpinan setelah saya bila terjadi sesuatu yang tidak diharapkan, dan berlaku sombong atas kepemimpinan saya. Karena bisa jadi kepemimpinan saya (beserta jajaran) sukses karena mereka dan mereka gagal juga karena saya (beserta jajaran) selain karena generasi di bawah mereka.
Tapi di saat evaluasi itu, terselip rasa dongkol di hati saya yang mungkin masih kekanak-kanakan. Saya teringat-ingat pada sebuah riwayat yang pernah saya baca dari suatu buku. Pada buku itu disebutkan
Dalam sebuah riwayat, Ali bin Abi Thalib r.a. pernah ditanya, "Mengapa saat Abu Bakar dan Umar menjabat sebagai pemimpin, kondisinya tertib. Tetapi saat Usman dan engkau yang menjabat, kondisinya kacau?" Kemudian Ali menjawab, "Karena saat Abu Bakar dan Umar menjadi khalifah, mereka didukung oleh orang-orang seperti aku dan Usman. Sedangkan saat Usman dan aku menjadi khalifah, pendukungnya adalah kamu dan orang-orang sepertimu."
Dari itu saya mendapat banyak pelajaran. Beberapa diantaranya, saat masih menjadi pihak yang dipimpin jadilah yang terbaik dan mudah dipimpin. Ini akan mendukung suksesnya kepemimpinan pada masa kita.
Saat kembali menjadi pihak yang dipimpin (setelah sebelumnya pernah menjadi pemimpin) tidak boleh menyalahkan kepemimpinan setelah saya bila terjadi sesuatu yang tidak diharapkan, dan berlaku sombong atas kepemimpinan saya. Karena bisa jadi kepemimpinan saya (beserta jajaran) sukses karena mereka dan mereka gagal juga karena saya (beserta jajaran) selain karena generasi di bawah mereka.